Penerapan Minyak Nabati pada Trafo Tenaga Tinggi
Trafo minyak nabati lebih ramah lingkungan, lebih aman, dan lebih tahan lama dibandingkan trafo minyak mineral. Akibatnya, penggunaannya semakin meningkat baik di dalam negeri maupun internasional. Diperkirakan jumlah trafo minyak nabati di seluruh dunia telah melebihi 2 juta unit.
Dari 2 juta unit tersebut, sebagian besar adalah trafo distribusi tegangan rendah. Di China, hanya satu trafo minyak nabati dengan rating 66 kV atau lebih yang telah dioperasikan dalam jaringan, sementara jumlah di luar negeri relatif lebih tinggi. Berdasarkan diskusi dengan produsen trafo asing, diperkirakan secara global, jumlah trafo minyak nabati yang beroperasi di 66 kV dan di atasnya mungkin kurang dari 1.000.
Dalam hal kelas tegangan, trafo minyak nabati dengan rating tertinggi yang saat ini beroperasi adalah unit 420 kV yang diproduksi oleh Siemens Jerman, yang telah beroperasi dengan aman sejak komisioning pada tahun 2013. Sejak itu, beberapa produsen telah mengembangkan dan memproduksi trafo minyak nabati 500 kV, tetapi tidak ada catatan koneksi jaringan hingga saat ini. Selain itu, penerapan minyak nabati pada sistem DC secara bertahap menarik perhatian, dengan beberapa hasil penelitian mulai dipublikasikan, meskipun belum ada produsen trafo yang mengumumkan produksi terkait.
Penerapan terbatas minyak nabati pada trafo tegangan tinggi terutama disebabkan fakta bahwa trafo tegangan tinggi menampilkan hambatan teknis yang lebih tinggi dan tantangan yang lebih besar dibandingkan trafo distribusi. Ini menimbulkan tantangan tidak hanya bagi produsen trafo tetapi juga bagi pengguna akhir.
Saat menerapkan minyak nabati pada trafo tegangan tinggi, kinerja isolasinya di bawah medan listrik yang sangat tidak seragam harus dipertimbangkan sepenuhnya, bersama dengan konstanta dielektriknya. Hal ini memerlukan produsen trafo untuk melakukan desain baru secara lengkap, disertai dengan penelitian, pengembangan, dan verifikasi yang diperlukan.
Kompatibilitas antara komponen trafo besar dan minyak nabati harus dipertimbangkan—tidak hanya kompatibilitas material tetapi juga adaptasi terhadap sifat isolasi unik, sifat oksidasi, dan sifat viskositas minyak nabati.
Pengalaman operasional dan pemeliharaan trafo tenaga minyak nabati saat ini masih terbatas, dan standar internasional dan domestik belum lengkap. Pengguna akhir juga perlu mengumpulkan data aplikasi lapangan. Kerjasama erat antara produsen trafo, pengguna, dan produsen minyak nabati sangat penting.
Tentu saja, dari perspektif industri, hambatan teknis ini bukanlah sesuatu yang tidak dapat diatasi. Alasan utama untuk jumlah trafo minyak nabati tegangan tinggi yang terbatas lebih banyak terletak pada dinamika pasar. Di banyak negara, penggantian trafo tegangan tinggi jarang terjadi, sehingga permintaan rendah. Sebaliknya, industri minyak nabati dan trafo minyak nabati di China masih dalam tahap awal. Perkembangan skala besar trafo tenaga minyak nabati akan membutuhkan waktu. Zedian (julukan untuk penulis/editor) berani memprediksi bahwa, seiring berjalannya waktu dan mengingat posisi China sebagai basis manufaktur trafo dunia, China pasti akan menjadi kekuatan utama di pasar global trafo tenaga minyak nabati.