1. Perlindungan Arus Lebih Nol-Sekuen
Arus operasi untuk perlindungan arus lebih nol-sekuen pada transformator grounding biasanya ditentukan berdasarkan arus nominal transformator dan arus nol-sekuen maksimum yang diizinkan selama gangguan ground sistem. Rentang pengaturan umumnya sekitar 0,1 hingga 0,3 kali arus nominal, dengan waktu operasi biasanya diset antara 0,5 hingga 1 detik untuk membersihkan gangguan ground dengan cepat.
2. Perlindungan Overvoltage
Perlindungan overvoltage adalah komponen penting dalam konfigurasi perlindungan transformator grounding. Untuk sistem neutral tidak terground, ketika terjadi gangguan ground satu fase, tegangan pada fase yang sehat akan meningkat. Nilai pengaturan perlindungan overvoltage umumnya diset pada 1,2 hingga 1,3 kali tegangan fase nominal untuk mencegah kerusakan isolasi transformator akibat kondisi overvoltage.
3. Perlindungan Diferensial
Perlindungan diferensial untuk transformator grounding dapat secara efektif membedakan antara gangguan internal dan eksternal transformator. Perhitungan arus operasi perlindungan diferensial harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti rasio putaran transformator dan arus tidak seimbang. Biasanya diset untuk menghindari arus inisiasi magnetisasi saat penerapan daya ke transformator, sekitar 2 hingga 3 kali arus nominal.
4. Perlindungan Arus Lebih
Perlindungan arus lebih berfungsi sebagai perlindungan cadangan untuk transformator grounding. Arus operasi harus menghindari arus beban maksimum transformator, biasanya diset pada 1,2 hingga 1,5 kali arus nominal. Waktu operasi ditentukan berdasarkan koordinasi dengan perangkat perlindungan hulu dan hilir, umumnya berkisar dari 1 hingga 3 detik.
5. Perlindungan Overvoltage Nol-Sekuen
Perlindungan overvoltage nol-sekuen utamanya menangani kenaikan abnormal pada tegangan nol-sekuen dalam sistem. Nilai pengaturannya ditentukan berdasarkan rentang fluktuasi tegangan nol-sekuen normal selama operasi sistem, biasanya 15 hingga 30V (sisi sekunder), dengan waktu operasi umumnya diset antara 0,5 hingga 1 detik.
6. Perlindungan Suhu
Perlindungan suhu sangat penting untuk memastikan operasi aman transformator grounding. Detektor suhu resistansi (RTDs) atau termokopel biasanya digunakan untuk mengukur suhu minyak dan lilitan transformator. Ketika suhu minyak melebihi 85°C atau suhu lilitan melebihi 100°C, sinyal alarm dikeluarkan. Ketika melebihi nilai set yang lebih tinggi (suhu minyak 95°C, suhu lilitan 110°C), perlindungan akan memutus sirkuit pemutus.
7. Perlindungan Arus Negatif-Sekuen
Untuk transformator grounding, perlindungan arus negatif-sekuen juga merupakan konfigurasi penting. Nilai pengaturan arus negatif-sekuen ditentukan berdasarkan kemampuan transformator untuk menahan arus negatif-sekuen, biasanya 0,05 hingga 0,1 kali arus nominal, untuk melindungi transformator dari efek arus negatif-sekuen yang disebabkan oleh gangguan asimetris.
8. Perlindungan Over-Excitation
Perlindungan over-excitation sangat penting dalam sistem perlindungan transformator grounding. Faktor over-excitation biasanya ditentukan berdasarkan karakteristik jenuh inti transformator, umumnya diset pada 1,1 hingga 1,2 kali nominal. Ketika over-excitation terjadi, perlindungan akan segera beroperasi untuk melindungi peralatan.
9. Perlindungan Relai Buchholz (Gas Ringan)
Perlindungan gas ringan untuk transformator grounding aktif ketika terjadi gangguan internal minor, menghasilkan jumlah gas kecil yang menumpuk di relai Buchholz, menyebabkan penurunan level minyak. Ketika level minyak turun hingga batas tertentu (biasanya 25-35mm), perlindungan gas ringan akan beroperasi untuk mengirim sinyal alarm, memberitahu petugas pemeliharaan untuk melakukan investigasi.
10. Perlindungan Relai Buchholz (Gas Berat)
Perlindungan gas berat adalah garis pertahanan penting untuk perlindungan transformator grounding. Ketika terjadi gangguan internal serius pada transformator, menghasilkan jumlah gas dan aliran minyak besar yang mempengaruhi relai Buchholz, perlindungan gas berat akan beroperasi untuk memutus sirkuit pemutus. Kecepatan aliran operasinya umumnya diset antara 0,6 hingga 1 m/s.