Inverter yang terhubung ke grid memang perlu terhubung ke grid untuk berfungsi dengan baik. Inverter ini dirancang untuk mengubah arus searah (DC) dari sumber energi terbarukan, seperti panel fotovoltaik surya atau turbin angin, menjadi arus bolak-balik (AC) yang sinkron dengan grid untuk menyuplai tenaga ke grid publik. Berikut adalah beberapa fitur utama dan kondisi operasional inverter yang terhubung ke grid:
Prinsip kerja dasar inverter yang terhubung ke grid
Prinsip kerja dasar inverter yang terhubung ke grid adalah untuk mengubah arus searah yang dihasilkan oleh panel surya atau sistem energi terbarukan lainnya menjadi arus bolak-balik, yang kemudian disalurkan ke grid. Proses ini terdiri dari dua langkah utama: pertama, konversi arus searah ke AC, dan kemudian transfer daya AC yang sudah dikonversi ke grid.
Ciri-ciri inverter yang terhubung ke grid
Sinkronisasi dengan grid: inverter yang terhubung ke grid perlu beroperasi secara sinkron dengan grid, yaitu frekuensi, fase, dan tegangan output AC harus sesuai dengan grid untuk memastikan bahwa daya dapat disalurkan tanpa hambatan ke grid.
Bergantung pada referensi grid: inverter yang terhubung ke grid biasanya bergantung pada sinyal referensi yang diberikan oleh grid untuk penyesuaian frekuensi dan fase.
Perlindungan pulauan: inverter yang terhubung ke grid perlu memiliki fungsi mencegah pulauan. Ketika jaringan listrik padam, inverter harus dapat dengan cepat memutuskan hubungan dengan grid untuk mencegah daya yang dihasilkan inverter menjadi berbahaya bagi petugas pemeliharaan.
Kondisi operasional
Koneksi grid: inverter yang terhubung ke grid harus terhubung ke grid agar dapat mengeluarkan arus bolak-balik yang telah dikonversi ke grid.
Operasi normal grid: inverter yang terhubung ke grid hanya dapat bekerja ketika grid beroperasi normal. Jika ada gangguan grid atau pemadaman, inverter akan berhenti bekerja dan masuk ke dalam keadaan menunggu sampai grid kembali normal.
Frekuensi dan tegangan grid: Inverter yang terhubung ke grid perlu mendeteksi frekuensi dan tegangan grid dan memastikan bahwa arus bolak-balik yang dikeluarkan sesuai. Jika frekuensi atau tegangan grid melebihi rentang yang ditetapkan, inverter akan berhenti bekerja.
Mode kerja
Operasi normal: Ketika grid beroperasi normal, inverter mengubah arus searah yang dihasilkan oleh panel fotovoltaik atau turbin angin menjadi arus bolak-balik dan menyuplai ke grid.
Perlindungan kesalahan: Ketika jaringan listrik mengalami masalah (seperti tegangan tinggi atau rendah, penyimpangan frekuensi, dll.), inverter akan secara otomatis memutuskan hubungan dengan jaringan listrik untuk melindungi peralatan dan keselamatan personel.
Deteksi pulauan: inverter yang terhubung ke grid perlu memiliki kemampuan untuk mendeteksi keadaan jaringan listrik, dan ketika jaringan listrik terputus, inverter harus berhenti menyuplai daya ke jaringan listrik dalam waktu tertentu.
Perbedaan dengan inverter off-grid
Berlawanan dengan inverter yang terhubung ke grid adalah inverter off-grid, yang dirancang untuk beroperasi secara mandiri dan tidak bergantung pada keberadaan grid. Inverter off-grid sering digunakan bersama dengan perangkat penyimpanan energi, seperti baterai, untuk menyediakan pasokan daya yang stabil bahkan ketika tidak ada grid.
Skenario aplikasi
Inverter yang terhubung ke grid banyak digunakan dalam proyek pembangkit tenaga listrik energi terbarukan seperti sistem fotovoltaik surya dan sistem tenaga angin, terutama dalam pembangkitan tenaga terdistribusi dan aplikasi mikrogrid, seperti sistem fotovoltaik atap rumah tangga dan sistem fotovoltaik bangunan komersial.
Kesimpulan
Inverter yang terhubung ke grid memerlukan grid untuk berfungsi dengan baik karena ia bergantung pada sinyal referensi frekuensi dan fase yang disediakan oleh grid dan harus sinkron dengan grid untuk menyuplai daya ke grid. Selain itu, inverter yang terhubung ke grid juga perlu memiliki perlindungan pulauan untuk memastikan pemutusan tepat waktu dalam kasus gagal grid.